Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya dapat bereproduksi
di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk
hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk
bereproduksi sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom
virus akan diekspresikan menjadi baik protein yang digunakan untuk
memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofage atau fage digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).
Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia
tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas jika tidak
berada dalam sel inang. Karena karakteristik khasnya ini virus selalu
terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV).
Virus | ||
---|---|---|
Klasifikasi virus | ||
|
||
Groups | ||
I: Virus dsDNA II: Virus ssDNA III: Virus dsRNA IV: Virus (+)ssRNA V: Virus (−)ssRNA VI: Virus ssRNA-RT VII: Virus dsDNA-RT
Sejarah penemuan
Virus mosaik tembakau merupakan virus yang
pertama kali divisualisasikan dengan mikroskop elektron.
Struktur dan anatomi virus
Model
skematik virus berkapsid heliks (virus mosaik tembakau): 1. asam nukleat (RNA), 2. kapsomer, 3.
kapsid.
Virus adalah
organisme subselular yang karena ukurannya sangat kecil, hanya dapat dilihat
dengan menggunakan mikroskop elektron. Ukurannya lebih kecil
daripada bakteri
sehingga virus tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri. Virus terkecil
berdiameter hanya 20 nm (lebih kecil daripada ribosom),
sedangkan virus terbesar sekalipun sukar dilihat dengan mikroskop cahaya.
Genom virus
dapat berupa DNA
ataupun RNA. Genom
virus dapat terdiri dari DNA untai ganda, DNA untai tunggal, RNA untai ganda,
atau RNA untai tunggal. Selain itu, asam nukleat genom virus dapat berbentuk
linear tunggal atau sirkuler. Jumlah gen virus bervariasi dari empat untuk yang
terkecil sampai dengan beberapa ratus untuk yang terbesar.[10][9]
Bahan genetik kebanyakan virus hewan dan manusia berupa DNA, dan pada virus tumbuhan
kebanyakan adalah RNA yang beruntai tunggal.
Bahan
genetik virus diselubungi oleh suatu lapisan pelindung. Protein yang
menjadi lapisan pelindung tersebut disebut kapsid. Bergantung pada tipe
virusnya, kapsid bisa berbentuk bulat (sferik), heliks, polihedral, atau bentuk
yang lebih kompleks dan terdiri atas protein yang disandikan oleh genom virus. Kapsid
terbentuk dari banyak subunit protein yang disebut kapsomer.
Bakteriofag
terdiri dari kepala polihedral berisi asam nukleat dan ekor untuk menginfeksi
inang.
Untuk virus
berbentuk heliks, protein kapsid (biasanya disebut protein nukleokapsid)
terikat langsung dengan genom virus. Misalnya, pada virus campak, setiap
protein nukleokapsid terhubung dengan enam basa RNA membentuk heliks sepanjang
sekitar 1,3 mikrometer. Komposisi kompleks protein dan asam nukleat ini disebut
nukleokapsid. Pada virus campak, nukleokapsid ini diselubungi oleh lapisan lipid yang
didapatkan dari sel inang, dan glikoprotein yang disandikan oleh virus melekat
pada selubung lipid tersebut. Bagian-bagian ini berfungsi dalam pengikatan pada
dan pemasukan ke sel inang pada awal infeksi.
Virus cacar
air memiliki selubung virus.
Kapsid virus
sferik menyelubungi genom virus secara keseluruhan dan tidak terlalu berikatan
dengan asam nukleat seperti virus heliks.[12]
Struktur ini bisa bervariasi dari ukuran 20 nanometer hingga 400 nanometer dan
terdiri atas protein virus yang tersusun dalam bentuk simetri ikosahedral.[12]
Jumlah protein yang dibutuhkan untuk membentuk kapsid virus sferik ditentukan
dengan koefisien T, yaitu sekitar 60t protein.[12]
Sebagai contoh, virus hepatitis B memiliki angka T=4, butuh 240 protein untuk
membentuk kapsid.[12]
Seperti virus bentuk heliks, kapsid sebagian jenis virus sferik dapat
diselubungi lapisan lipid, namun biasanya protein kapsid sendiri langsung
terlibat dalam penginfeksian sel.[12]
Beberapa
jenis virus memiliki unsur tambahan yang membantunya menginfeksi inang.Virus
pada hewan memiliki selubung virus, yaitu membran menyelubungi kapsid.[13]
Selubung ini mengandung fosfolipid dan protein dari sel inang, tetapi juga
mengandung protein dan glikoprotein yang berasal dari virus.[13]
Selain protein selubung dan protein kapsid, virus juga membawa beberapa molekul
enzim di dalam kapsidnya. Ada pula beberapa jenis bakteriofag
yang memiliki ekor protein yang melekat pada "kepala" kapsid.
Serabut-serabut ekor tersebut digunakan oleh fag untuk menempel pada suatu
bakteri.[14]
Partikel lengkap virus disebut virion. Virion berfungsi sebagai alat
transportasi gen, sedangkan komponen selubung dan kapsid bertanggung jawab
dalam mekanisme penginfeksian sel inang.[14]
Patogenesis Virus
Macam-macam infeksi virus
Virus dapat
menginfeksi inangnya dan menyebabkan berbagai akibat bagi inangnya. ada yang
berbahaya, namun juga ada yang dapat ditangani oleh sel imun dalam tubuh sehingga
akibat yang dihasilkan tidak terlalu besar.
Replikasi virus
Replikasi
virus terdiri atas beberapa tahapan-tahapan yaitu pelekatan virus, penetrasi,
pelepasan mantel, replikasi genom dan ekspresi gen, perakitan, pematangan, dan
pelepasan.
Pelekatan Virus
Pelekatan
virus merupakan proses interaksi awal antara partikel virus dengan molekul reseptor pada permukaan
sel inang. Pada tahap ini, terjadi ikatan spesifik antara molekul reseptor
seluler dengan antireseptor pada virus.
Beberapa jenis virus memerlukan molekul lainnya untuk proses pelekatan yaitu koreseptor.
Molekul
reseptor yang target pada permukaan sel dapat berbentuk protein (biasanya
glikoprotein) atau residu karbohidrat yang terdapat pada glikoprotein
atau glikolipid.
Beberapa
virus kompleks seperti poxvirus dan herpesvirus memiliki lebih
dari satu reseptor sehingga mempunyai beberapa rute untuk berikatan dengan sel.
Reseptor
virus mempunyai beberapa kelas yang berbeda :
Beberapa
contoh virus beserta reseptor yang dimiliki :
Human Rhinovirus memiliki reseptor
ICAM-1(Intracelluler adhesion molecule-1). Molekul tersebut merupakan
molekul adhesi yang fungsi normalnya adalah untuk mengikatkan sel kepada substratnya.
struktur ICAM-1 mirip dengan molekul imunoglobulin
dengan domain C
dan V sehingga digolongkan sebagai protein supefamily immunoglobulin
Struktur ICAM-1 memiliki lima
Ig-like domain untuk berikatan dengan Lfa-1 (Leukocite function
antigen-1), Mac-1 (Macrofage antigen-1), Rhinovirus (HRV), fibrinogen,
dan PFIE (malaria infected erythocytes).
10 serotipe dari HRV menggunakan
ICAM-1 sebagai reseptor, sepuluh serotipe lainnya menggunakan protein yang
beruhubungan dengan LDL reseptor.
mempunyai reseptor virus berupa protein membran
integral yang juga anggota dari molekul superfamily immunoglobulin.
Reseptor ini memiliki tiga domain yaitu satu berupa variabel dan dua konstan.
Virus ini mempunyai dua tipe spike glikoprotein
pada permukaan partikel virus yaitu hemagglutinin (HA) dan neuraminidase. HA akan
berikatan dengan reseptor virus influenza yang berupa asam sialat (N-asetil
neuraminic acid).
virus ini berikatan dengan muatan
negatif dari moieties asam sialat yang ada pada
rantai oligosakarida yang secara
kovalen berikatan dengan glikoprotein pada permukaan sel.
adanya asam sialat pada hampir semua
jenis sel menyebabkan virus influenza bisa berikatan dengan banyak tipe sel.
Penetrasi
Penetrasi
terjadi pada waktu yang sangat singkat setelah pelekatan virus pada reseptor di
membran
sel. Proses ini memerlukan energi Tiga mekanisme yang terlibat:
Proses translokasi relatif jarang
terjadi di antara virus dan mekanisme belom sepenuhnya dipahami benar,
kemungkinan diperantarai oleh protein di dalam virus kapsid dan reseptor membran spesifik.
proses endositosis
merupakan mekanisme yang sangat umum sebagai jalan masuk virus ke dalam sel.
Tidak diperlukan protein virus spesifik selain yang telah digunakan untuk
pengikatan reseptor.
Proses fusi virus berenvelop dengan
membran sel baik secara langsung maupun dengan permukaan sel maupun mengikuti
endositosis dalam sitoplasma. Diperlukan adanya protein fusi spesifik dalam
envelop virus, misalnya : HA influenza dan glikoprotein
transmembran (TM) Rhinovirus.
Pelepasan Mantel
Tahap ini
terjadi setelah proses penetrasi dimana kapsid virus baik seluruhnya maupun
sebagian dipindahkan ke dalam sitoplasma sel inang. Pada tahap ini genom virus
terekspos dalam bentuk kompleks nukleoprotein. Dalam beberapa kasus, tahap ini
berlangsung cukup sederhana dan terjadi selama fusi pada membran virus
dengan membran plasma. untuk virus lainnya, tahap ini
merupakan proses multistep yang melibatkan jalur endositosis
dan membran nukleus.
Replikasi Genom dan Ekspresi Gen
7
Klasifikasi Baltimore.
Strategi
replikasi dari beberapa virus tergantung pada material genetik alami dari virus
tersebut. Dalam hal ini, virus dibagi dalam 7 kelompok seperti pengelompokan
[[David Baltimore]. Proses ekspresi gen akan menentukan semua proses infeksi
virus (akut, kronis, persisten, atau laten).
Kelompok ini dibagi menjadi dua
kelompok :
1. Replikasi terjadi di inti dan
relatif tergantung kepada faktor-faktor seluler (Adenoviridae, Polyomaviridae,
Herpesviridae)
2. Replikasi terjadi di sitoplasma (Poxviridae).
virus ini melibatkan semua faktor-faktor yang penting untuk transkripsi dan
replikasi dari genomnya, dan kebanyakan tidak tergantung pada perangkat
replikasi dari inangnya
Replikasi terjadi di dalam nukleus,
melibatkan bentuk utas ganda intermediate sebagai cetakan untuk sintesis utas
tunggal DNA turunannya (Parvoviridae)
Virusnya memiliki genom yang
tersegmentasi. masing-masing segmennya ditranskripsi secara terpisah untuk
menghasilkan monosistronik mRNA individual. contoh : Reoviridae
Virus dengan polisistronik mRNA
dimana kelas ini genom RNA membentuk mRNA yang ditranslasikan untuk membentuk
suatu polyprotein yang dipecah membentuk protein matang. Contoh : Picornaviridae
Genom pada kelas ini dibagi menjadi
dua tipe :
1. Genom tidak bersegmen (Rhabdoviridae),
Tahap pertama dalam replikasi adalah transkripsi dari genom RNA utas (-) oleh
virion RNA-dependent RNA polimerase untuk menghasilkan monosistronik
mRNA yang juga sebagai cetakan untuk replikasi genom.
2. Genom bersegmen (Orthomixoviridae),
replikasi terjadi di dalam nukleus dimana monosistronik mRNA untuk masing-masing
gen virus dihasilkan oleh transkriptase virus.
Genom Retrovirus RNA utas tunggal
(+) bersifat diploid dan tidak dipakai secara langsung sebagai mRNA tetapi
sebagi template untuk reverse transkriptase menjadi DNA.
Virus kelompok ini bergantung kepada
reverse transkriptase, tetapi berbeda dengan retrovirus, prosesnya terjadi di
dalam partikel virus selama maturasi (Hepadnaviridae).
Perakitan
Perakitan
merupakan proses pengumpulan komponen-komponen virion pada bagian khusus di
dalam sel. Selama proses ini, terjadi pembentukan struktur partikel virus.
Proses ini tergantung kepada proses replikasi di
dalam sel dan tempat di mana virus melepaskan diri dari sel mekanisme perakitan
bervariasi untuk virus yang berbeda-beda. Contoh : proses perakitan Picornavirus, Poxvirus, dan Reovirus terjadi di sitoplasma,
sementara itu proses perakitan Adenovirus , Poliovirus, dan Parvovirus
terjadi di nukleus.
Pematangan
Pematangan
merupakan tahap dari siklus hidup virus dimana virus bersifat infeksius. pada tahap ini
terjadi perubahan struktur dalam partikel virus yang kemungkinan dihasilkan
oleh pemecahan spesifik protein kapsid untuk menghasilkan produk yang matang. protease virus
dan enzim seluler
lainnya biasanya terlibat dalam proses ini.
Pelepasan
Semua virus
kecuali virus tanaman melepaskan diri dari sel inang melalui dia
mekanisme :
Proses
pelepasan partikel virus kemungkinan bisa merusak sel(Paramyxovirus, Rhabdovirus, dan Togavirus) , dan kemungkinan
sebagian lagi tidak merusak sel (Retrovirus).[20]
Klasifikasi virus
Virus dapat
diklasifikasi menurut morfologi, tropisme dan cara penyebaran, dan genomik
fungsional.
Berdasarkan morfologi,
virus dibagi berdasarkan jenis asam
nukleat dan juga protein membran terluarnya
(envelope) menjadi 4 kelompok, yaitu :
Berdasarkan tropisme dan cara
penyebaran, virus dibagi menjadi:
1. Virus Enterik
2. Virus Respirasi
3. Arbovirus
4. Virus onkogenik
5. Hepatitis
virus
Virus di klasifikan menjadi 7
kelompok berdasarkan alur fungsi genomnya. Klasifikasi ini disebut juga klasifikasi Baltimore
yaitu:[
Contoh-contoh virus
Virus RNA
Virus RNA
merupakan virus yang memiliki materi genetik berupa RNA, kelompok yang
tergolong dalam kelompok ini adalah virus kelas III, IV, V, dan VI. Beberapa
contoh familia
virus yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Retroviridae, Picornaviridae,
Orthomixoviridae, dan Arbovirus.[26]
Retroviridae
Retroviridae
merupakan virus berbentuk ikosahedral. Virus ini
memiliki genom RNA
berjumlah dua buah yang keduanya identik dan memiliki polaritas positif yang nantinya
akan diekspresikan menjadi enzim polimerase yang
unik yaitu reverse traskriptase
yang berguna untuk mengubah RNA menjadi DNA.[26][27]DNA
yang dihasilkan nantinya akan berintegrasi ke dalam DNA sel inang sebagai provirus.[26]
Virus ini termasuk ke dalam virus yang ganas, dapat menyebabkan penekanan sistem kekebalan tubuh dan juga tumor.[26]
Sifatnya yang ganas tersebut disebabkan salah satunya karena virus ini mudah
mengalami mutasi.[26]
Salah satu
genus dari famili
ini yang paling terkenal adalah genus Lentivirus,
yang contoh spesiesnya adalah HIV 1 dan 2.[26]
[sunting] Picornaviridae
Picornaviridae
merupakan berukuran kecil. Virus ini memiliki genom RNA dengan polaritas
positif sehingga termasuk virus kelas IV dalam klasifikasi Baltimore. Virus
dalam famili ini mampu menyebabkan banyak penyakit pada manusia, di antaranya
adalah penyakit polio yang disebabkan oleh Poliovirus dan flu ringan yang
disebabkan oleh Rhinovirus.
Orthomixoviridae
Orthomoxoviridae
merupakan virus yang memiliki selubung dengan materi genetik RNA bersegmen
berpolaritas negatif sehingga virus ini termasuk dalam kelas V dalam
klasifikasi Baltimore. Ciri khan dari virus ini adalah virus ini memiliki protein permukaan
yang merupakan antigen
utama yaitu Hemmaglutinin (HA) dan Neuraminidase (NA).
Hemmaglutinin merupakan bagian virus yang menempel pada sel target oleh sebab
itu antibodi
terhadap hemmaglutinin dapat melindung dari infeksi virus.[29]
Neuraminidase berperan untuk melepaskan virion dari sel oleh sebab itu
antibodi terhadap NA dapat menekan tingkat keparahan infeksi virus.[29]
Virus ini di
klasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu :
Arboviruses
Arbovirus
merupakan singkatan dari ARthropoda-BOrne virus yaitu virus yang berasal dari
kelompok Arthropoda.[30]
Arbovirus dibagi menjadi empat famili yaitu :
Virus DNA
Virus DNA
merupakan virus yang memiliki materi genetik berupa DNA, kelompok yang
tergolong dalam kelompok ini adalah virus kelas I, II, VII. Beberapa contoh familia virus
yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Herpesviridae, Parvoviridae, dan
Poxviridae.[31]
Herpesviridae
Herpesviridae
merupakan kelompok virus berukuran besar dengan materi genetik DNA utas ganda
sehingga dikelompokkan ke dalam kelas 1 dalam klasifikasi baltimore. Virus
dalam kelompok ini dapat menyebabkan penyakit ganas dan juga dapat menyebabkan
kelainan pasca kelahiaran pada bayi.[31]
Herpesviridae terbagi ke dalam beberapa genus, yaitu :
Parvoviridae
Parvoviridae
merupakan virus dengan DNA
utas tunggal polaritas positif atau negatif sehingga termasuk dalam kelas II
dalam klasifikasi Baltimore.[32]
Virus ini tidak memiliki selubung virus dan
merupakan virus manusia yang berukuran paling kecil.[32]
Virus merupakan virus yang tidak sempurna sehingga perlu berasosiasi dengan adenovirus sehingga sering
disebut Adeno-Associated Virus(AAV).[32]
Salah satu contoh kelompok ini adalah virus B-19 yang dapat
menyebabkan cacat atau keguguran pada janin.[32]
Poxviridae
Poxviridae merupakan
virus dengan materi genetik DNA untai ganda sehingga virus ini di termasuk dalam kelas I
dalam klasifikasi Baltimore.[33]
Ciri khas dari virus ini adalah virus ini memiliki morfologi besar dan
kompleks.[33]
Virus yang terkenal dalam kelompok ini adalah Smallpox.[33]
Smallpox cukup terkenal karena menimbulkan pandemik yang
sangat besar diseluruh dunia.[33]
sekarang virus Smallpox sudah dimusnahkan.[33]
Peranan Virus dalam Kehidupan
Beberapa
virus ada yang dapat dimanfaatkan dalam rekombinasi genetika.[15] Melalui
terapi gen, gen jahat (penyebab infeksi) yang terdapat dalam virus diubah
menjadi gen baik (penyembuh).[15]
Baru-baru ini David Sanders, seorang profesor biologi pada Purdue's School of
Science telah menemukan cara pemanfaatan virus dalam dunia kesehatan.[15]
Dalam temuannva yang dipublikasikan dalam Jurnal Virology, Edisi 15 Desember 2002,
David Sanders berhasil menjinakkan cangkang luar virus Ebola sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai pembawa gen kepada sel yang sakit (paru-paru).[15]
Meskipun demikian, kebanyakan virus bersifat merugikan terhadap kehidupan
manusia, hewan, dan tumbuhan.[15]
Virus sangat
dikenal sebagai penyebab penyakit infeksi pada manusia, hewan, dan tumbuhan.[15]
Sejauh ini tidak ada makhluk hidup yang tahan terhadap virus.[15]
Tiap virus secara khusus menyerang sel-sel tertentu dari inangnya. Virus yang
menyebabkan selesma menyerang saluran pernapasan, virus campak menginfeksi
kulit, virus hepatitis menginfeksi hati, dan virus rabies menyerang sel-sel
saraf. Begitu juga yang terjadi pada penyakit AIDS (acquired immune deficiency
syndrome), yaitu suatu penyakit yang mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh
penderita penyakit tersebut disebabkan oleh virus HIV yang secara khusus
menyerang sel darah putih.[15]
Tabel berikut ini memuat beberapa macam penyakit yang disebabkan oleh virus.[15]
Selain
manusia, virus juga menyebabkan kesengsaraan bagi hewan dan tumbuhan.[15]
Tidak sedikit pula kerugian yang diderita peternak atau petani akibat ternaknya
yang sakit atau hasil panennya yang berkurang.[15]
Penyakit hewan akibat virus
Penyakit
tetelo, yakni jenis penyakit yang menyerang bangsa unggas, terutama ayam. Penyebabnya
adalah new castle disease virus (NCDV).[15]
Penyakit kuku dan mulut, yakni jenis penyakit yang menyerang ternak sapi dan
kerbau.[15]
Penyakit kanker pada ayam oleh rous sarcoma virus (RSV).[15]
Penyakit rabies, yakni jenis penyakit yang menyerang anjing, kucing, dan
monyet, disebabkan oleh virus rabies.[15]
Penyakit tumbuhan akibat virus
Penyakit
mosaik, yakni jenis penyakit yang menyerang tanaman tembakau.[2]
Penyebabnya adalah tobacco mosaic virus (TMV) Penyakit tungro, yakni jenis penyakit
yang menyerang tanaman padi.[2]
Penyebabnya adalah virus Tungro.[2]
Penyakit degenerasi pembuluh tapis pada jeruk. Penyebabnya adalah virus citrus
vein phloem degeneration (CVPD).[2]
Penyakit manusia akibat virus
Contoh
paling umum dari penyakit yang disebabkan oleh virus adalah pilek (yang bisa saja
disebabkan oleh satu atau beberapa virus sekaligus), cacar, AIDS (yang disebabkan
virus HIV), dan demam herpes (yang
disebabkan virus herpes simpleks).[34] Kanker leher rahim juga diduga disebabkan
sebagian oleh papilomavirus (yang menyebabkan papiloma, atau kutil),
yang memperlihatkan contoh kasus pada manusia yang memperlihatkan hubungan
antara kanker dan agen-agen infektan.[34]
Juga ada beberapa kontroversi mengenai apakah virus borna, yang sebelumnya
diduga sebagai penyebab penyakit saraf pada kuda, juga bertanggung jawab kepada penyakit psikiatris pada manusia.[34]
Potensi
virus untuk menyebabkan wabah pada manusia menimbulkan kekhawatiran penggunaan virus
sebagai senjata biologis. Kecurigaan meningkat seiring
dengan ditemukannya cara penciptaan varian virus baru di laboratorium.[34]
Kekhawatiran
juga terjadi terhadap penyebaran kembali virus sejenis cacar, yang telah
menyebabkan wabah terbesar dalam sejarah manusia, dan mampu menyebabkan
kepunahan suatu bangsa.[34]
Beberapa suku bangsa Indian telah punah akibat wabah, terutama penyakit cacar, yang
dibawa oleh kolonis Eropa.[34]
Meskipun sebenarnya diragukan dalam jumlah pastinya, diyakini kematian telah
terjadi dalam jumlah besar.[34]
Penyakit ini secara tidak langsung telah membantu dominasi bangsa Eropa di
dunia baru Amerika.[34]
Salah satu
virus yang dianggap paling berbahaya adalah filovirus.[34]
Grup Filovirus terdiri atas Marburg, pertama kali ditemukan tahun 1967 di Marburg, Jerman, dan ebola.[34]
Filovirus adalah virus berbentuk panjang seperti cacing, yang dalam jumlah
besar tampak seperti sepiring mi.[34]
Pada April
2005, virus Marburg menarik perhatian pers dengan terjadinya penyebaran di Angola. Sejak
Oktober 2004 hingga 2005, kejadian ini
menjadi epidemi terburuk di dalam kehidupan manusia.[34]
Diagnosis di laboratorium
Deteksi,
isolasi, hingga analisis suatu virus biasanya melewati proses yang sulit dan
mahal.[35]
Karena itu, penelitian penyakit akibat virus membutuhkan fasilitas besar dan
mahal, termasuk juga peralatan yang mahal dan tenaga ahli dari berbagai bidang,
misalnya teknisi, ahli biologi molekular, dan ahli virus.[35]
Biasanya proses ini dilakukan oleh lembaga kenegaraan atau dilakukan secara
kerjasama dengan bangsa lain melalui lembaga dunia seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).[35]
Pencegahan dan pengobatan
Karena
biasanya memanipulasi mekanisme sel induknya untuk bereproduksi, virus sangat
sulit untuk dibunuh.[36]
Metode pengobatan
sejauh ini yang dianggap paling efektif adalah vaksinasi,
untuk merangsang kekebalan alami tubuh terhadap proses infeksi, dan obat-obatan
yang mengatasi gejala akibat infeksi virus.[36]
Penyembuhan
penyakit akibat infeksi virus biasanya disalah-antisipasikan dengan penggunaan antibiotik,
yang sama sekali tidak mempunyai pengaruh terhadap kehidupan virus.[36]
Efek samping penggunaan antibiotik adalah resistansi bakteri terhadap
antibiotik.[36]
Karena itulah diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan apakah suatu
penyakit disebabkan oleh bakteri atau virus.[36]
|
0 komentar:
Posting Komentar