Senin, 23 April 2012

Volly

VOLLEY BALL

Pada awal penemuannya, olahraga permainan bola voli ini diberi nama Mintonette. Olahraga Mintonette ini pertama kali ditemukan oleh seorang Instruktur pendidikan jasmani (Director of Phsycal Education) yang bernama William G. Morgan di YMCA pada tanggal 9 Februari 1895, di Holyoke, Massachusetts (Amerika Serikat).
William G. Morgan dilahirkan di Lockport, New York pada tahun 1870, dan meninggal pada tahun 1942. YMCA (Young Men’s Christian Association) merupakan sebuah organisasi yang didedikasikan untuk mengajarkan ajaran-ajaran pokok umat Kristen kepada para pemuda, seperti yang telah diajarkan oleh Yesus. Organisasi ini didirikan pada tanggal 6 Juni 1884 di London, Inggris oleh George William.
Setelah bertemu dengan James Naismith (seorang pencipta olahraga bola basket yang lahir pada tanggal 6 November 1861, dan meninggal pada tanggal 28 November 1939), Morgan menciptakan sebuah olahraga baru yang bernama Mintonette. Sama halnya dengan James Naismith, William G. Morgan juga mendedikasikan hidupnya sebagai seorang instruktur pendidikan jasmani. William G. Morgan yang juga merupakan lulusan Springfield College of YMCA, menciptakan permainan Mintonette ini empat tahun setelah diciptakannya olahraga permainan basketball oleh James Naismith. Olahraga permainan Mintonette sebenarnya merupakan sebuah permainan yang diciptakan dengan mengkombinasikan beberapa jenis permainan. Tepatnya, permainan Mintonette diciptakan dengan mengadopsi empat macam karakter olahraga permainan menjadi satu, yaitu bola basket, baseball, tenis, dan yang terakhir adalah bola tangan (handball). Pada awalnya, permainan ini diciptakan khusus bagi anggota YMCA yang sudah tidak berusia muda lagi, sehingga permainan ini-pun dibuat tidak seaktif permainan bola basket.
Perubahan nama Mintonette menjadi volleyball (bola voli) terjadi pada pada tahun 1896, pada demonstrasi pertandingan pertamanya di International YMCA Training School. Pada awal tahun 1896 tersebut, Dr. Luther Halsey Gulick (Director of the Professional Physical Education Training School sekaligus sebagai Executive Director of Department of Physical Education of the International Committee of YMCA) mengundang dan meminta Morgan untuk mendemonstrasikan permainan baru yang telah ia ciptakan di stadion kampus yang baru. Pada sebuah konferensi yang bertempat di kampus YMCA, Springfield tersebut juga dihadiri oleh seluruh instruktur pendidikan jasmani. Dalam kesempatan tersebut, Morgan membawa dua tim yang pada masing-masing tim beranggotakan lima orang.
Dalam kesempatan itu, Morgan juga menjelaskan bahwa permainan tersebut adalah permainan yang dapat dimainkan di dalam maupun di luar ruangan dengan sangat leluasa. Dan menurut penjelasannya pada saat itu, permainan ini dapat juga dimainkan oleh banyak pemain. Tidak ada batasan jumlah pemain yang menjadi standar dalam
permainan tersebut. Sedangkan sasaran dari permainan ini adalah mempertahankan bola agar tetap bergerak melewati net yang tinggi, dari satu wilayah ke wilayah lain (wilayah lawan).

Bola voli adalah olahraga permainan yang dimainkan oleh dua grup berlawanan. Masing-masing grup memiliki enam orang pemain. Terdapat pula variasi permainan bola voli pantai yang masing-masing grup hanya memiliki dua orang pemain. Lapangan permainan

Ukuran lapangan bola voli
Ukuran lapangan bola voli yang umum adalah 9 meter x 18 meter. Ukuran tinggi net putra 2,43 meter dan untuk net putri 2,24 meter. Garis batas serang untuk pemain belakang berjarak 3 meter dari garis tengah (sejajar dengan net). Garis tepi lapangan adalah 5 cm.

Cara permainan

Permainan ini dimainkan oleh 2 tim yang masing-masing terdiri dari 6 orang pemain dan berlomba-lomba mencapai angka 25 terlebih dahulu.
Dalam sebuah tim, terdapat 4 peran penting, yaitu tosser (atau setter), spiker (smash), libero, dan defender (pemain bertahan). Tosser atau pengumpan adalah orang yang bertugas untuk mengumpankan bola kepada rekan-rekannya dan mengatur jalannya permainan. Spiker bertugas untuk memukul bola agar jatuh di daerah pertahanan lawan. Libero adalah pemain bertahan yang bisa bebas keluar dan masuk tetapi tidak boleh men-smash bola ke seberang net. Defender adalah pemain yang bertahan untuk menerima serangan dari lawan.
Permainan voli menuntut kemampuan otak yang prima, terutama tosser. Tosser harus dapat mengatur jalannya permainan. Tosser harus memutuskan apa yang harus dia perbuat dengan bola yang dia dapat, dan semuanya itu dilakukan dalam sepersekian detik sebelum bola jatuh ke lapangan sepanjang permainan.

Urutan serve

Penghitungan angka

Aturan permainan dari bola voli adalah:
  1. Jika pihak musuh bisa memasukkan bola ke dalam daerah kita maka kita kehilangan bola dan musuh mendapatkan nilai
  2. Serve yang kita lakukan harus bisa melewati net dan masuk ke daerah musuh. Jika tidak, maka musuh pun akan mendapat nilai

Teknik Bola Voli

Service

Service ada beberapa macam: 1 Service Atas Adalah service dengan awalan melemparkan bola ke atas seperlunya. Kemudian Server melompat untuk memukul bola dengan ayunan tangan dari atas.
2 Service Bawah Adalah service dengan awalan bola berada di tangan yang tidak memukul bola. Tangan yang memukul bola bersiap dari belakang badan untuk memukul bola dengan ayunan tangan dari bawah.
3 Service Mengapung Adalah service atas dengan awalan dan cara memukul yang hampir sama. Awalan service mengapung adalah melemparkan bola ke atas namun tidak terlalu tinggi (tidak terlalu tinggi dari kepala). Tangan yang akan memukul bola bersiap di dekat bola dengan ayunan yang sangat pendek.
yang perlu diperhatikan dalam service
  • Sikap badan dan pandangan
  • Lambung keatas harus sesuai dengan kebutuhan.
  • Saat kapan harus memukul Bola.
Service dilakukan untuk mengawali suatu pertandingan voli

Passing

  • Passing Bawah (Pukulan/pengambilan tangan kebawah)
    • Sikap badan jongkok, lutut agak ditekuk.
    • tangan dirapatkan, satu dengan yang lain dirapatkan.
    • Gerakan tangan disesuaikan dengan keras/lemahnya kecepatan bola.
  • Passing Keatas (Pukulan/pengambilan tangan keatas)
    • Sikap badan jongkok, lutut agak ditekuk.
    • Badan sedikit condong kemuka, siku ditekuk jari-jari terbuka membentuk lengkungan setengah bola.
    • Ibu jari dan jari saling berdekatan membentuk segitiga.
    • Penyentuhan pada semua jari-jari dan gerakannya meluruskan kedua tangan

Smash (spike)

Dengan membentuk serangan pukulan yang keras waktu bola berada diatas jaring, untuk dimasukkan ke daerah lawan. Untuk melakukan dengan baik perlu memperhatikan faktor-faktor berikut: awalan, tolakan, pukulan, dan pendaratan. Teknik smash Menurut Muhajir Teknik dalam permainan bola voli dapat diartikan sebagai cara memainkan bola dengan efisien dan efektif sesuai dengan peraturan permainan yang berlaku untuk mencapai suatu hasil yang optimal (2006,23). Menurut pendapat M. Mariyanto mengemukakan bahwa : “ Smash adalah suatu pukulan yang kuat dimana tangan kontak dengan bola secara penuh pada bagian atas , sehingga jalannya bola terjal dengan kecepatan yang tinggi, apabila pukulan bola lebih tinggi berada diatas net , maka bola dapat dipukul tajam ke bawah .” (2006 : 128 ) Menurut Iwan Kristianto mengemukakan bahwa , Smash adalah pukulan keras yang biasanya mematikan karena bola sulit diterima atau dikembalikan . “ (2003 : 143 ) . Spike adalah merupakan bentuk serangan yang paling banyak digunakan untuk menyerang dalam upaya memperoleh nilai suatu tim dalam permainan voli . Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Teknik Smash atau spike adalah cara memainkan bola dengan efisien dan efektif sesuai dengan peraturan permainan untuk mencapai pukulan keras yang biasanya mematikan ke daerah lawan. Tes smash Menurut Sandika mengemukakan bahwa tes smash adalah tolok ukur untuk mengukur kemampuan smash.

Membendung (Bloking)

Dengan daya upaya di dekat jaring untuk mencoba menahan/menghalangi bola yang datang dari daerah lawan. Sikap memblok yang benar adalah:
a.Jongkok, bersiap untuk melompat.
b.Lompat dengan kedua tangan rapat dan lurus ke atas.
c.Saat mendarat hendaknya langsung menyingkir dan memberi kesempatan pada kawan satu regu untuk bergantian memblok.

Kedudukan Pemain (Posisi Pemain)

Pada waktu service kedua regu harus berada dalam lapangan / didaerahnya masing-masing dalam 2 deret kesamping. Tiga deret ada di depan dan tiga deret ada di belakang. Pemain nomor satu dinamakan server, pemain kedua dinamakan spiker, pemain ketiga dinamakan set upper atau tosser,pemain nomor empat dinamakan blocker, pemain nomor lima dan enam dinamakan libero

KARETE

Karate (空 手 道) adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Seni bela diri karate dibawa masuk ke Jepang lewat Okinawa. Seni bela diri ini pertama kali disebut "Tote” yang berarti seperti “Tangan China”. Waktu karate masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang pada saat itu sedang tinggi-tingginya, sehingga Sensei Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote: Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi ‘karate’ (Tangan Kosong) agar lebih mudah diterima oleh masyarakat Jepang. Karate terdiri dari atas dua kanji. Yang pertama adalah ‘Kara’ 空 dan berarti ‘kosong’. Dan yang kedua, ‘te’ 手, berarti ‘tangan'. Yang dua kanji bersama artinya “tangan kosong” 空手 (pinyin: kongshou).
Menurut Zen-Nippon Karatedo Renmei/Japan Karatedo Federation (JKF) dan World Karatedo Federation (WKF), yang dianggap sebagai gaya karate yang utama yaitu:
  1. Shotokan
  2. Goju-Ryu
  3. Shito-Ryu
  4. Wado-Ryu
Keempat aliran tersebut diakui sebagai gaya Karate yang utama karena turut serta dalam pembentukan JKF dan WKF.
Namun gaya karate yang terkemuka di dunia bukan hanya empat gaya di atas itu saja. Beberapa aliran besar seperti Kyokushin , Shorin-ryu dan Uechi-ryu tersebar luas ke berbagai negara di dunia dan dikenal sebagai aliran Karate yang termasyhur, walaupun tidak termasuk dalam "4 besar WKF".
Di negara Jepang, organisasi yang mewadahi olahraga Karate seluruh Jepang adalah JKF. Adapun organisasi yang mewadahi Karate seluruh dunia adalah WKF (dulu dikenal dengan nama WUKO - World Union of Karatedo Organizations). Ada pula ITKF (International Traditional Karate Federation) yang mewadahi karate tradisional. Adapun fungsi dari JKF dan WKF adalah terutama untuk meneguhkan Karate yang bersifat "tanpa kontak langsung", berbeda dengan aliran Kyokushin atau Daidojuku yang "kontak langsung".
Latihan dasar karate terbagi tiga seperti berikut:
  1. Kihon, yaitu latihan teknik-teknik dasar karate seperti teknik memukul, menendang dan menangkis.
  2. Kata, yaitu latihan jurus atau bunga karate.
  3. Kumite, yaitu latihan tanding atau sparring.
Pada zaman sekarang karate juga dapat dibagi menjadi aliran tradisional dan aliran olah raga. Aliran tradisional lebih menekankan aspek bela diri dan teknik tempur sementara aliran olah raga lebih menumpukan teknik-teknik untuk pertandingan olah raga.
Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon (teknik dasar), Kata(jurus) dan Kumite (pertarungan). Murid tingkat lanjut juga diajarkan untuk menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan ruyung (nunchaku).

[sunting]Kihon (基本:きほん, Kihon?) secara harfiah berarti dasar atau fondasi. Praktisi Karate harus menguasai Kihon dengan baik sebelum mempelajari Kata dan Kumite.

Pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk putih) dan bantingan (sabuk coklat). Pada tahap dan atau Sabuk Hitam, siswa dianggap sudah menguasai seluruh kihon dengan baik.

Kata

Kata (型:かた) secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak hanya merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung pelajaran tentang prinsip bertarung. Setiap Kata memiliki ritme gerakan dan pernapasan yang berbeda.
Dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah aplikasi yang dapat digunakan dari gerakan-gerakan dasar Kata.
Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap Kata. Sebagai contoh : Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan nama Naihanchi di aliran Shito Ryu. Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi kata) tiap aliran juga berbeda.

] Kumite

Kumite (組手:くみて) secara harfiah berarti "pertemuan tangan". Kumite dilakukan oleh murid-murid tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite pada murid tingkat pemula (sabuk kuning). Sebelum melakukan kumite bebas (jiyu Kumite) praktisi mempelajari kumite yang diatur (go hon kumite) atau (yakusoku kumite). Untuk kumite aliran olahraga, lebih dikenal dengan Kumite Shiai atau Kumite Pertandingan.
Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh siswa yang sudah mencapai tingkat dan (sabuk hitam). Praktisi diharuskan untuk dapat menjaga pukulannya supaya tidak mencederai kawan bertanding.
Untuk aliran "kontak langsung" seperti Kyokushin, praktisi Karate sudah dibiasakan untuk melakukan kumite sejak sabuk biru strip. Praktisi Kyokushin diperkenankan untuk melancarkan tendangan dan pukulan sekuat tenaganya ke arah lawan bertanding.
Untuk aliran kombinasi seperti Wado-ryu, yang tekniknya terdiri atas kombinasi Karate dan Jujutsu, maka Kumite dibagi menjadi dua macam, yaitu Kumite untuk persiapan Shiai, yang dilatih hanya teknik-teknik yang diperbolehkan dalam pertandingan, dan Goshinjutsu Kumite atau Kumite untuk beladiri, semua teknik dipergunakan, termasuk jurus-jurus Jujutsu seperti bantingan, kuncian, dan menyerang titik vital.

[sunting] Pertandingan Karate

Pertandingan karate dibagi atas dua jenis yaitu :
  1. Kumite (perkelahian) putera dan puteri
  2. Kata (jurus) putera dan puteri

Kumite

Kumite dibagi atas kumite perorangan dengan pembagian kelas berdasarkan berat badan dan kumite beregu tanpa pembagian kelas berat badan (khusus untuk putera). Sistem pertandingan yang dipakai adalah reperchance (WUKO) atau babak kesempatan kembali kepada atlet yang pernah dikalahkan oleh sang juara. Pertandingan dilakukan dalam satu babak (2-3 menit bersih) dan 1 babak perpanjangan kalau terjadi seri, kecuali dalam pertandingan beregu tidak ada waktu perpanjangan. Dan jika masih pada babak perpanjangan masih mengalami nilai seri, maka akan diadakan pemilihan karateka yang paling ofensif dan agresif sebagai pemenang.

Kata

Pada pertandingan kata yang diperagakan adalah keindahan gerak dari jurus, baik untuk putera maupun puteri. Sesuai dengan Kata pilihan atau Kata wajib dalam peraturan pertandingan.
Para peserta harus memperagakan Kata wajib. Bila lulus, peserta akan mengikuti babak selanjutnya dan dapat memperagakan Kata pilihan.
Pertandingan dibagi menjadi dua jenis: Kata perorangan dan Kata beregu. Kata beregu dilakukan oleh 3 orang. Setelah melakukan peragaan Kata , para peserta diharuskan memperagakan aplikasi dari Kata (bunkai). Kata beregu dinilai lebih prestisius karena lebih indah dan lebih susah untuk dilatih.
Menurut standar JKF dan WKF, yang diakui sebagai Kata Wajib adalah hanya 8 Kata yang berasal dari perguruan 4 Besar JKF, yaitu Shotokan, Wado-ryu, Goju-ryu and Shito-ryu, dengan perincian sebagai berikut:
  • Shotokan : Kankudai dan Jion.
  • Wado-ryu : Seishan dan Chinto.
  • Goju-ryu : Saifa dan Seipai.
  • Shito-ryu: Seienchin dan Bassaidai.
Karateka dari aliran selain 4 besar tidak dilarang untuk ikut pertandingan Kata JKF dan WKF, hanya saja mereka harus memainkan Kata sebagaimana dimainkan oleh perguruan 4 besar di atas.

Luas lapangan

  • Lantai seluas 8 x 8 meter, beralas papan atau matras di atas panggung dengan ketinggian 1 meter dan ditambah daerah pengaman berukuran 2 meter pada tiap sisi.
  • Arena pertandingan harus rata dan terhindar dari kemungkinan menimbulkan bahaya.
Pada Kumite Shiai yang biasa digunakan oleh FORKI yang mengacu peraturan dari WKF, idealnya adalah menggunakan matras dengan lebar 10 x 10 meter. Matras tersebut dibagi kedalam tiga warna yaitu putih, merah dan biru. Matras yang paling luar adalah batas jogai dimana karate-ka yang sedang bertanding tidak boleh menyentuh batas tersebut atau akan dikenakan pelanggaran. Batas yang kedua lebih dalam dari batas jogai adalah batas peringatan, sehingga karate-ka yang sedang bertanding dapat memprediksi ruang arena dia bertanding. Sisa ruang lingkup matras yang paling dalam dan paling banyak dengan warna putih adalah arena bertanding efektif.

Peralatan dalam pertandingan karate

Peralatan yang diperlukan dalam pertandingan karate
  1. Pakaian karate (karategi) untuk kontestan
  2. Pelindung tangan
  3. Pelindung tulang kering
  4. Ikat pinggang (Obi) untuk kedua kontestan berwarna merah/aka dan biru/ao
  5. Alat-alat lain yang diperbolehkan tapi bukan menjadi keharusan adalah:
    • Pelindung gusi (di beberapa pertandingan menjadi keharusan)
    • Pelindung tubuh untuk kontestan putri
    • Pelindung selangkangan untuk kontestan putera
  6. Peluit untuk arbitrator/alat tulis
  7. Seragam wasit/juri
    • Baju putih
    • Celana abu-abu
    • Dasi merah
    • Sepatu karet hitam tanpa sol
  8. Papan nilai
  9. Administrasi pertandingan
  10. Lampu merah, hijau, kuning sebagai tanda waktu pertandingan dengan pencatat waktu (stop watch).
Tambahan: Khusus untuk Kyokushin, pelindung yang dipakai hanyalah pelindugn selangkangan untuk kontestan putra. Sedangkan pelindung yang lain tidak diperkenankan.

Falsafah Karate

Rakka (Bunga yang berguguran)
Ia adalah konsep bela diri atau pertahanan di dalam karate. Ia bermaksud setiap teknik pertahanan itu perlu dilakukan dengan bertenaga dan mantap agar dengan menggunakan satu teknik pun sudah cukup untuk membela diri sehingga diumpamakan jika teknik itu dilakukan ke atas pokok, maka semua bunga dari pokok tersebut akan jatuh berguguran. Contohnya jika ada orang menyerang dengan menumbuk muka, si pengamal karate boleh menggunakan teknik menangkis atas. Sekiranya tangkisan atas itu cukup kuat dan mantap, ia boleh mematahkan tangan yang menumbuk itu. Dengan itu tidak perlu lagi membuat serangan susulan pun sudah cukup untuk membela diri.
Mizu No Kokoro (Minda itu seperti air)
Konsep ini bermaksud bahwa untuk tujuan bela diri, minda (pikiran) perlulah dijaga dan dilatih agar selalu tenang. Apabila minda tenang, maka mudah untuk pengamal bela diri untuk mengelak atau menangkis serangan. Minda itu seumpama air di danau. Bila bulan mengambang, kita akan dapat melihat bayangan bulan dengan terang di danau yang tenang. Sekiranya dilontar batu kecil ke danau tersebut, bayangan bulan di danau itu akan kabur.

Aliran Karate

Seperti telah disinggung diatas, ada banyak aliran Karate di Jepang, dan sebagian dari aliran-aliran tersebut sudah masuk ke Indonesia.
Adapun ciri khas dan latar belakang dari berbagai aliran Karate yang termasuk dalam "4 besar JKF" adalah sebagai berikut:

Shotokan

Shoto adalah nama pena Gichin Funakoshi, Kan dapat diartikan sebagai gedung/bangunan - sehingga shotokan dapat diterjemahkan sebagai Perguruan Funakoshi. Gichin Funakoshi merupakan pelopor yang membawa ilmu karate dari Okinawa ke Jepang. Aliran Shotokan merupakan akumulasi dan standardisasi dari berbagai perguruan karate di Okinawa yang pernah dipelajari oleh Funakoshi. Berpegang pada konsep Ichigeki Hissatsu, yaitu satu gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan kuda-kuda yang rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan Shotokan cenderung linear/frontal, sehingga praktisi Shotokan berani langsung beradu pukulan dan tangkisan dengan lawan.

[sunting] Goju-ryu

Goju memiliki arti keras-lembut. Aliran ini memadukan teknik keras dan teknik lembut, dan merupakan salah satu perguruan karate tradisional di Okinawa yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan meningkatnya popularitas Karate di Jepang (setelah masuknya Shotokan ke Jepang), aliran Goju ini dibawa ke Jepang oleh Chojun Miyagi. Miyagi memperbarui banyak teknik-teknik aliran ini menjadi aliran Goju-ryu yang sekarang, sehingga banyak orang yang menganggap Chojun Miyagi sebagai pendiri Goju-ryu. Berpegang pada konsep bahwa "dalam pertarungan yang sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas pukulan". Sehinga Goju-ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau pernapasan dasar, agar para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan menerima pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju-ryu menggunakan tangkisan yang bersifat circular serta senang melakukan pertarungan jarak rapat.

Shito-ryu

Aliran Shito-ryu terkenal dengan keahlian bermain KATA, terbukti dari banyaknya KATA yang diajarkan di aliran Shito-ryu, yaitu ada 30 sampai 40 KATA, lebih banyak dari aliran lain. Namun yang tercatat di soke/di Jepang ada 111 kata beserta bunkainya. Sebagai perbandingan, Shotokan memiliki 25, Wado memiliki 17, Goju memiliki 12 KATA. Dalam pertarungan, ahli Karate Shito-ryu dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka bisa bertarung seperti Shotokan secara frontal, maupun dengan jarak rapat seperti Goju.

Wado-ryu

Wado-ryu adalah aliran Karate yang unik karena berakar pada seni beladiri Shindo Yoshin-ryu Jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang yang memiliki teknik kuncian persendian dan lemparan. Sehingga Wado-ryu selain mengajarkan teknik Karate juga mengajarkan teknik kuncian persendian dan lemparan/bantingan Jujutsu. DIdalam pertarungan, ahli Wado-ryu menggunakan prinsip Jujutsu yaitu tidak mau mengadu tenaga secara frontal, lebih banyak menggunakan tangkisan yang bersifat mengalir (bukan tangkisan keras), dan kadang-kadang menggunakan teknik Jujutsu seperti bantingan dan sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan tetapi, dalam pertandingan FORKI dan JKF, para praktisi Wado-ryu juga mampu menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada dan bertanding tanpa menggunakan jurus-jurus Jujutsu tersebut.
Sedangkan aliran Karate lain yang besar walaupun tidak termasuk dalam "4 besar JKF" antara lain adalah:

Kyokushin

Kyokushin tidak termasuk dalam 4 besar Japan Karatedo Federation. Akan tetapi, aliran ini sangat terkenal baik didalam maupun diluar Jepang, serta turut berjasa memopulerkan Karate di seluruh dunia, terutama pada tahun 1970an. Aliran ini didirikan oleh Sosai Masutatsu Oyama. Nama Kyokushin mempunyai arti kebenaran tertinggi. Aliran ini menganut sistem Budo Karate, dimana praktisi-praktisinya dituntut untuk berani melakukan full-contact kumite, yakni tanpa pelindung, untuk mendalami arti yang sebenarnya dari seni bela diri karate serta melatih jiwa/semangat keprajuritan (budo), aliran ini juga sering dikenal sebagai salah satu aliran karate paling keras. Aliran ini menerapkan hyakunin kumite (kumite 100 orang) sebagai ujian tertinggi, dimana karateka diuji melakukan 100 kumite berturut-turut tanpa kalah. Sosai Oyama sendiri telah melakukan kumite 300 orang. Adalah umum bagi praktisi aliran ini untuk melakukan 5-10 kumite berturut-turut.

Shorin-ryu

Aliran ini adalah aliran Karate yang asli berasal dari Okinawa. Didirikan oleh Shoshin Nagamine yang didasarkan pada ajaran Yasutsune Anko Itosu, seorang guru Karate abad ke 19 yang juga adalah guru dari Gichin Funakoshi, pendiri Shotokan Karate. Dapat dimaklumi bahwa gerakan Shorin-ryu banyak persamaannya dengan Shotokan. Perbedaan yang mencolok adalah bahwa Shorin-ryu juga mengajarkan bermacam-macam senjata, seperti Nunchaku, Kama dan Rokushaku Bo.

Uechi-ryu

Aliran ini adalah aliran Karate yang paling banyak menerima pengaruh dari beladiri China, karena pencipta aliran ini, Kanbun Uechi, belajar beladiri langsung di provinsi Fujian di China. Oleh karena itu, gerakan dari aliran Uechi-ryu Karate sangat mirip dengan Kungfu aliran Fujian, terutama aliran Baihequan (Bangau Putih).

ATLETIK

ATLETIK

A.   Pengertian Atletik
Untuk lebih mempermudah kita menelaah bahan ajar ini akan lebih baik kita tahu apa pengertian atletik itu sendiri. Atletik adalah aktivitas jasmani atau latihan jasmani yang berisikan gerak alamiah atau wajar seperti jalan, lari, lompat, dan lempar. Atletik dilakukan di semua negara, karena nilai nilai edukatif yang terdapat didalamnya juga memegang peranan penting dalam pengembangan kondisi fisik, sehingga dapat menjadi dasar pokok untuk pengembangan atau peningkatan prestasi yang optimal bagi cabang olahraga lain dan bahkan diperhitungkan sebagai ukuran kemajuan suatu negara, khususnya dalarn prestasi olahraga (Ballesteros, 1979).
Di semua negara, termasuk Indonesia, atletik dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah sekolah, mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menegah Atas. Oleh karena itu, atletik diperkenalkan dan dikembangkan melalui melalui kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani, maka maju mundurnya prestasi atletik sangat bergantung pada sejauh mana kualitas guru pendidikan jasmani menyampaikan materi pembelajaran atletik. Pada pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, materi atletik disajikan tidak hanya berkaitan dengan atletik sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan atau dilombakan di Pekan Olahraga Nasional (PON), South East Asia Games (SEA Games), Asian Games, Olympic Games, atau kejuaraan lainnya.
Fenomena di atas harus benar benar diterapkan selama berlangsungnya kegiatan pernbelajaran atletik, sehingga jangan sampai terjadi pembelajaran atletik selalu dilaksanakan di dalam stadion yang memiliki fasilitas atletik. Dengan demikian, guru pendidikan jasmani perlu melakukan kreasi dan inovasi dalam pembelajaran atletik di sekolah masing masing. Dengan kegiatan pembelajaran atletik yang menarik niscaya murid akan berminat dan bergairah dalam mengikuti kegiatan pembelajaran atletik.
Gerakan jalan, lari rintangan dan lari sambung dalam materi pembelajaran atletik di sekolah lanjutan akan menjadi kegiatan pembelajaran yang menjenuhkan dan kurang menarik, jika disajikan selalu dalam bentuk tradisional. Pengalaman sehari hari di lapangan menunjukkan kesulitan guru dalam menyajikan kegiatan pembelajaran gerakan jalan, lari rintangan dan lari sambung yang kurang membangkitkan antusias murid mengikuti kegiatan pembelajaran.
Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas masalah:
1.  Bagaimanakah menyajikan materi pembelajaran jalan cepat di Sekolah
2.  Bagaimanakah menyajikan materi pembelajaran lari rintangan di Sekolah
3  .Bagaimanakah menyajikan materi pembelajaran lempar lembing di Sekolah
B.   Fungsi Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani memiliki fungsi untuk:
1.  Memenuhi kebutuhan individu untuk bergerak
2  .Merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani yang ideal (tinggi dan berat badan yang seimbang)
3.  Meningkatkan kebugaran jasmani dan membiasakan pola hidup yang sehat.
4.  Meningkatkan keterampilan gerak dasar
5.  Meningkatkan keterampilan dasar olahraga
6.  Meningkatkan gairah belajar, menghindari kejenuhan, dan stres dalam belajar
7. Terbentuknya sikap dan perilaku: disiplin, jujur, kerjasama, tanggung jawab dan sportif serta mengikuti aturan/ketentuan yang berlaku.
BAB II
NOMOR JALAN, LARI DAN LEMPAR
A.   Penelaahan konsep Jalan, Lari dan Lempar
1.   Nomor Jalan
Jalan adalah gerak maju langkah kaki yang dilakukan sedemikian rupa sehingga hubungan dengan tanah (oleh kaki) tetap dijaga.
Gerakan jalan meliputi segala macam variasi dan kombinasi jalan, seperti:
a.  Jalan biasa
b.  Jalan menyamping
c.  Jalan langkah silang
d.  Jalan cepat
e.  Jalan menirukan jalan binatang, seperti: jalan kucing, jalan bebek dan lain-lain.
Gerakan Jalan dilakukan dengan:
a.  ke depan, ke samping
b.  pada lintasan lurus dan pada jalur lintasan belok-belok
c.  cepat dan atau lambat
d.  disertai suatu riuh, irama dan tanpa suara
e.  mendaki/naik dan atau menurun
f.  permainan kaki yang terkoordinasikan
g.  langkah pendek dan terus menerus
h.  dilakukan sendiri, berpasangan atau dalam kelompok/grup bersama atlet lain atau melewati atlet lain
i.  di atas lapangan rumput atau pada lintasan lari sintetis
Khusus untuk materi pembelajaran jalan cepat meliputi:
a.  jalan jingkat
b.  jalan pakai tumit
c.  jalan cepat
2.  Nomor Lari
Lari adalah gerak maju langkah kaki ke depan yang dilakukan sedemikian rupa dimana kedua kaki ada saat melayang di udara. Gerakan lari yang benar dan efektif adalah melibatkan koordinasi gerakan seluruh tubuh, sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.
3.  Nomor Lempar
Lempar adalah gerakan melepaskan benda dari genggaman tangan menjauh dari tubuh dengan proses ayunan lengan. Salah satu cara yang terbaik untuk mengajarkan teknik nomor lempar yang rumit sambil tetap mempertahankan tingkat keamanan yang tinggi adalah melalui alat pengganti yang mudah dan aman digunakan. Dari semua nomor lomba, lempar lembing merupakan gerakan yang paling mirip dengan gerakan melempar pada umumnya. Dengan menggunakan bola sebagai pengganti lembing, anda dapat dengan mudah mengajarkan teknik yang dibutuhkan sebagai aktivitas seluruh kelas. Karena dasar gerakan melempar yang tidak begitu rumit daripada nomor lempar lainnya, lempar lembing (dengan menggunakan bola) merupakan salah satu nomor lempar yang pertama kali diperkenalkan.
Disamping keamanan yang meningkat, alat pengganti ini membantu menyederhanakan teknik dan memungkinkan pemula untuk berkonsentrasi pada elemen teknik saja.
B.   Perencanaan pelaksanaan pembelajaran
Pada fase kegiatan ini sebelum guru mengajarkan materi pembelajaran, terlebih dahulu guru membuat dan menyusun suatu rancangan atau format pengajaran yang terprogram sehingga proses pembelajaran di kelas dalam memberikan materi terlaksana sesuai yang diharapkan dan juga hasilnya dalam pencapaian tujuan semaksimal mungkin.
Rancangan pembelajaran ini disebut juga Rencana Program Pengajaran (RPP), yang tentunya mengacu pada Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disesuaikan dengan situasi, kondisi dan karakteristik siswa maupun sekolah.
C.Pengorganisasian Proses Pembelajaran Materi
1.  Jalan dan Macam-macamnya
a.  Jalan jingkat
Murid membentuk formasi lingkaran, kedua tangan di pinggang dan angkat kedua tumit kaki, kemudian jalan berkeliling searah jarum jam atau berlawanan jarum jam sampai 20 hitungan atau 30 hitungan. Setelah itu balik kanan dan melakukan jalan jingkat lagi sebanyak 20 hitungan atau 30 hitungan. Tahap berikutnya anak membentuk formasi empat atau lima bersap sambil bergandengan tangan atau berkaitan siku, lalu melakukan jalan jingkat bersama-sama sap per-sap ke depan sebanyak 10 langkah atau lebih sesuai dengan luas lapangan. Selama murid melakukan jalan jingkat, guru dapat mengamati dan melakukan penilaian.
b.  Jalan dengan tumit
Murid membentuk formasi lingkaran, kedua tangan di pinggang dan angkat kedua ujung kaki sehingga tumit kaki yang menapak di tanah, kemudian jalan berkeliling searah jarum jam atau berlawanan jarum jam sampai 20 hitungan atau 30 hitungan. Setelah itu balik kanan dan melakukan jalan dengan tumit lagi sebanyak 20 hitungan atau 30 hitungan. Tahap berikutnya anak membentuk formasi empat atau lima bersap sambil bergandengan tangan atau berkaitan siku, lalu melakukan jalan dengan tumit bersama-sama sap per-sap ke depan sebanyak 10 langkah atau lebih sesuai dengan luas lapangan. Selama murid melakukan jalan dengan tumit, guru dapat mengamati dan melakukan penilaian.
c.   Jalan cepat
Murid membentuk formasi lingkaran, kemudian melakukan jalan cepat berkeliling searah jarum jam sampai 20 atau 30 hitungan. Setelah itu balik kanan dan melakukan jalan jingkat sebanyak 20 atau sampai 30 hitungan. Tahap berikutnya anak membentuk formasi empat atau lima bersap, lalu melakukan jalan cepat ke depan sap per-sap sebanyak 20 langkah atau disesuaikan dengan luas lapangan. Selama murid melakukan jalan cepat, guru mengamati dan memberikan penilaian.
d.  Jalan cepat dengan permainan aba-aba beregu
Untuk melatih dan merasakan jalan cepat dengan reaksi Prosedur:
Anak disuruh membentuk lingkaran besar dengan jarak antar anak 1 meter ‘ kemudian berjalan searah jarum jam sambil bertepuk tangan dan bernyanyi. Pada saat-saat tertentu diberi aba-aba, misalnya jika diberi aba-aba 2 maka anak harus mencari pasangan, jika diberi aba-aba 3 maka anak harus membuat regu 3 orang, begitu seterusnya. Kegiatan tetap dilakukan dengan jalan/jalan cepat tidak berlari.
Apabila anak yang tidak mendapat pasangan regu, maka akan diberikan hukuman. Macam hukuman bisa disesuaikan. Tujuan hukuman supaya anak serius dan konsentrasi mengikuti kegiatan.
e.  Jalan cepat dengan permainan hitam-hijau
1)  untuk melatih dan merasakan jalan cepat dengan reaksi
2)  untuk merasakan dan membedakan jalan cepat dengan lari
Prosedur
Anak dibagi ke dalam 2 kelompok dan dibariskan. Kedua kelompok tersebut masing-masing diberi nama Hitam dan yang satunya Hijau. Kemudian kedua kelompok itu disuruh saling membelakangi dengan jarak 1-2 meter.
Cara bermainya guru memberi aba-aba, bila disebut nama “hijau” maka regu hijau langsung jalan cepat (bukan lari) sampai pada jarak yang ditentukan, dan regu hitam langsung berbalik jalan cepat mengejar sampai bisa menyentuh/menangkapnya. Begitu sebaliknya bila yang disebutkan oleh aba-aba regu hitam, maka regu hijau yang mengejar.
Apabila peserta yang dikejar terkena sentuhan/tertangkap sebelum sampai pada jarak/tempat yang ditentukan, maka peserta yang tertangkap diberikan hukuman. Kemudian apabila yang mengejar tidak berhasil menyentuh/menangkap, maka peserta yang mengejar tersebut diberikan hukuman.
Hukuman bisa berupa lompat ditempat 20 kali atau dengan menggendong temannya tersebut. Tujuan hukuman tersebut perlu supaya peserta dalam mengikuti kegiatan tersebut bersungguh-sungguh dan konsentrasi.
2.  Lari dan nomor-nomornya dengan pendekatan strategi model pembelajarannya
a.  Lari rintangan
Lari rintangan dalam kegiatan pembelajaran atletik di sekolah menengah pertama dapat dilakukan dengan menggunakan angota, tubuh sebagai rintangan dan menggunakan alat bantu, seperti kursi, bangku swedia, peti lompat, meja, dan lain lain . Sebaiknya guru lebih dulu menggunakan rintangan anggota tubuh, supaya mengurangi rasa takut pada murid (terutama murid perempuan).
Murid duduk dengan tungkai dilunjurkan ke depan dalam formasi lingkaran menghadap searah jarum jam, dengan jarak antar murid dua rentang lengan, lengan kiri diluruskan ke samping setinggi bahu. Kemudian guru memberi aba aba supaya murid berlari melewati rintangan yang berupa lengan yang diluruskan ke samping mengelilingi semua temannya sampai kembali ke tempatnya semula. Kemudian dilanjutkan oleh teman yang berada di depannya untuk melakukan lari melewati rintangan, secara bergantian satu per satu. Setelah semuanya selesai melakukan lari melewati rintangan lengan kiri, maka dilanjutkan dengan lari melewati rintangan lengan kanan.
Selain formasi lingkaran, guru juga dapat menggunakan formasi duduk berbanjar dengan tungkai dilunjurkan ke depan, lengan kiri diluruskan ke samping setinggi bahu. Setelah itu murid yang berada paling belakang mulai berlari melewati lengan kiri yang direntangkan oleh teman teman yang berada di depannya sampai di barisan paling depan kemudian kembali lagi berlari melewati rintangan yang sama sampai di tempatnya semula. Setelah melakukan lari rintangan lengan kiri selesai, dilanjutkan dengan lari melewati rintangan lengan kanan, yang juga dilakukan secara bergiliran baris per baris sampai sernua murid melaksanakan.
Yang perlu diperhatlikan dengan seksama oleh guru adalah murid diminta melakukan gerakan lari melewati rintangan lengan kawannya ini dengan gerakan yang benar. Gerakan lari melewati rintangan dilakukan dengan cara mengangkat salah satu paha ke atas diikuti paha yang lainnya pada waktu akan melampaui rintangan lebar lalu mendarat dengan kedua kaki bagian depan. Teknik melewati rintangan lengan yang lainnya adalah dengan cara melipat tungkai sebatas lutut dan memutarkannya dari bagian luar hingga menjadi sejajar dengan lengan yang direntangkan, atau dalam bahasa yang mudah dipahami menjadi gerakan seperti anjing kencing. Jika menggunakan teknik yang kedua, maka perlu diperhatikan supaya murid melakukan gerakan melewati rintangan lengan ini dengan tungkai berada di samping jari jari tangan yang direntangkan.
b.  Lari Sambung atau Lari Estafet
Lari sambung atau lari estafet adalah suatu bentuk lari dimana terdapat dua orang atau lebih yang saling mengoperkan secara bergantian kepada temannya sehingga terjadi gerakan lari yang bersambungan sambil membawa tongkat. Untuk pembelajaran lari sambung, guru hendaknya jangan terpaku pada keharusan untuk memakai tongkat sebagai benda yang akan dioperkan kepada temannya. Banyak benda yang dapat dijadikan sebagai pengganti tongkat estafet, seperti botol bekas minuman ukuran 500 ml, ranting pohon, daun daunan, dan lain lain.
Murid dibariskan dalam formasi lingkaran dengan menghadap berlawanan arah jarum jam, kalau kelas mempunyai jumlah murid yang banyak dapat di buat menjadi dua lingkaran, lingkaran yang satu lebih besar dari lingkaran yang lainnya. Kemudian murid disuruh berhitung dari satu sampai jumlah yang hadir, lalu dibagi paruh dua, sehingga di dalam lingkaran terdapat 2 (dua) kelompok. Setelah itu murid yang bernomer awal dari kedua kelompok tersebut, berlari mengelilingi lingkaran sampai ke tempatnya semula dan sebelum masuk kedalam lingkaran pelari tersebut menepukkan tapak tangan kirinya ke tapak tangan kanan teman yang berada di depannya. Murid yang tapak tangannya selesai ditepuk segera berlari mengelilingi lingkaran seperti temannya tadi hingga tiba kembali di tempatnya semula, demikian gerakan ini dilakukan secara bergantian sambung menyambung sampai semua mendapat kesempatan yang sama. Bagi murid yang akan ditepuk tangannya, sebelum ditepuk harus mengambil posisi sedikit keluar lingkaran agar setelah ditepuk dapat segera berlari, sedangkan teman yang menepuk menggunakan tangan kiri.
Tahap berikutnya adalah memberi dan menerima menggunakan benda yang dapat dipegang oleh murid, seperti patahan ranting pohon sepanjang 25 30 centmeter, botol air mineral bekas, bambu sepanjang sepanjang 25 30 centimeter, dan lain lain. Teknik yang dilakukan pada prinsipnya sama, hanya setelah menerima tongkat murid tersebut segera memindahkan benda vang berfungsi sebagai tongkat estafet ke tangan kirinya.
Setelah memberikan tongkat dengan tangan kiri dan menerima dengan tangan kanan, dilanjutkan dengan memberi dengan tangan kanan dan menerima, dengan tangan kiri dalam, formasi bersaf atau berbanjar. Tahapan yang dilakukan pada teknik ini adalah:
1.  Menepuk teman yang di depannya dengan menggunakan tangan kanan di tempat, dilakukan melalui mengayunkan lengan dengan hitungan 1 sampai 7, pada hitungan ke delapan tangan kanan menepuk ke tangan kiri.
2.  Memberi dan menerima menggunakan alat di tempat, dilakukan dengan mengayunkan lengan 1 sampai 7 dan pada hitungan ke delapan segera memberikan ke teman yang di depannya.
3.  Memberi dan menerima menggunakan alat sambil berjalan sampai 7 langkah, pada langkah ke delapan segera memberikan alat yang dipegang tangan kanan ke tangan kiri teman yang di depannya.
4.  Memberi dan menerima sambil berlari lari kecil dalam kelompok kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang,
5.   Memberi dan menerima menggunakan alat sambil berlari lingkaran berkelompok 3 sampai 4 orang.
c. Lari sprint/gawang
1).Deskripsi singkat: lari estafet dari kombinasi lari sprint dan lari gawang
2)Nama disiplin: “Kanga’s Escape”
Prosedur
Dua jalur lari adalah perlu untuk tiap team/regu : satu jalur dengan gawang, yang satu jalur tanpa. Setengah/separo regu berada di sisi seberang; siswa No.1 memulai dari posisi start berdiri dan lari kencang (datar) 40 m. Pada akhir jalur 40 m, dia memberikan benda lunak (misal : gelang karet besar) kepada mitra seregu No.2 yang telah menantinya. No. 2 ini sambil tangan satunya masih memegang tongkat/tiang bendera akan menerima bendak lunak dimaksud. Dia juga memulai dari start berdiri tetapi berlari (ke arah sebaliknya) dengan menempuh jarak 40 m dengan melewati rintangan gawang. Setiap kali pemberina benda lunak dilakukan dengan cara yang sama seperti antara dua orang pelari yang pertama itu. Setelah menggunakan start berdiri, maka pelari No.3 akan berlari jarak 40 m yang datar (tanpa rintangan) dan memberikan benda lunak kepada pelari No. 4 yang harus berlari melewati beberapa buah rintangan gawang. Demikian dan seterusnya.
Lomba diteruskan dengan cara demikian sampai setiap siswa telah berlari menempuh kedua jarak jalur (40 m) yang datar maupun yang ada rintangan gawangnya satu kali (sehingga mitra seregu No. 9 adalah merupakan pelari terakhir yang melewati gawang). Benda lunak (sebagai tongkat estafet) dibawa pada tangan kanan dan diberikan kepada tangan kanan dari pelari penerima pada setiap kali pergantian tongkat dimaksud.
Untuk tiap jalur diperlukan alat-alat sebagai berikut :
1.  1  buah stop-watch
2.  1 helai blangko/kartu event
3.  4 buah gawang (tinggi 50 cm, dengan jarak 6m antar gawang)
4.  2 buah tiang bendera
5.  1 buah benda lunak atau tongkat estafet
d. Lari Sprint / Lari Belak-Belok (Slalom)
- Deskripsi singkat: lari estafet kombinasi lari sprint dan lari belak-belok / slalom
- Nama disiplin: “Zig-Zag”
Prosedur
Tiap team memerlukan dua buah jalur-lari (lihat 3.1): satu jalur-lari dengan tiang belak-belok, yang lain tanpa tiang. Separuh team/regu siap disisi seberang seperti pada 3.1. Siswa No.1 memulai start berdiri dan berlari kencang 40m. Pada akhir jalur No.1 ini memberikan tongkat estafet kepada No.2 teman seregu yang telah menunggu, yang akan menerimanya sambil berpegangan pada tiang bendera. Siswa ini juga memulai dengan start berdiri tetapi berlari menempuh jarak kembali dengan mengitari tiang belak-belok. Pergantian (pemberian & penerimaan) tongkat terjadi dengan cara yang sama seperti yang dilakukan antara dua orang pelari pertama. Setelah menggunakan start berdiri pelari berikutnya No.3 berlari kencang datar dan memberikan tongkat estafet kepada siswa No. 4 yang pada gilirannya harus berlari mengitari tiang-tiang belak-belok dst.
Lomba ini diteruskan dengan cara demikian sampai setiap siswa telah berlari menempuh jalur yang lurus-datar maupun yang jalur yang belak-belok (sehingga siswa No. 9 adalah pelari terakhir yang mengitari tiang slalom yang belak-belok). Tongkat estafet itu dibawa di tangan kiri dan diberikan tiap kali kepada tangan kiri pelari penerima.
diperlukan alat-alat sebagai berikut :
1.  1 buah stop-watch
2.  1 buah kartu / blangko event / perlombaan
3.  tiang-tiang bendera untuk slalom
4.  Beberapa buah gawang (jarak antara tiang slalom dengan gawang = 4 m)
5.  2 buah tiang bendera / marka
6.  1 buah tongkat estafet (gelang karet)
Lihat contoh gambar dan Formasi : 2
e.   Sprint, Gawang dan Jalur Belak-Belok/Slalom
-   Deskripsi singkat: lari estafet sebagai kombinasi dari lari datar, lari gawang dan lari slalom
-   Nama disiplin: “Formula Satu”
Prosedur
Jalur lintasan itu kira-kira 80 m panjang dan dibagi menjadi satu tempat untuk lari sprint datar, untuk lari sprint dengan melewati gawang dan lari sprint mengitari tiang slalom (lihat gambar). Satu tongkat estafet diperlukan tiap siswa harus melakukan start dengan satu guling-depan (forward-roll) di atas matras-senam.
“Formula satu” ini adalah event beregu dimana tiap anggota regu harus menyelesaika jalur sepenuhnya (lihat figure di bawah). Sampai dengan 6 team/regu dapat berlomba pada waktu yang sama di atas satu jalur-lomba.
Memerlukan alat-alat sebagai berikut :
1.  9 buah gawang
2.  10 buah tiang slalom (dengan jarak 1 m antar tiap tiang)
3.  3 buah matras senam
4.  Kurang lebih 30 buah kerucut/marker
5.  1 buah stopwatch
6.  1 helai formulir/kartu perlombaan event
f.   Lari Enduro / Daya tahan
-   Deskripsi singkat: Berlari 8 menit menggunakan jalur lintasan kira- kira 150 m
-   Nama disiplin: “Debur jantung”
Prosedur
Tiap team/regu harus berlari keliling suatu jalur lintasan 150 m (lihat gambar bawah) dari titik start yang ditenntukan. Tiap anggota team mencoba berlari keliling jalur lintasan sesering mungkin dalam waktu 8 menit. Aba-aba start ditentukan untuk semua team bersama-sama dengan meniup pluit atau tanda yang lain).
Tiap anggota team menerima satu kartu/formulir setelh menyelesaikan setiap satu putaran di jalur lintasan. Setelah 7 menit lari, menit terakhir ini diumumkan/diberi tanda dengan suatu tiupan pluit atau dengan teriakan nyaring. Setelah waktu 8 menit penyelesaian lari diberikan tanda/signal akhir yang jelas.
Setelah menyelesaikan lomba semua siswa harus memberikan bola-bola yang terkumpulkan kepada Para Asisten yang menghitungnya untuk penilaian. Hanya putaran lari yang penuh yang dihitung; putaran lari yang tak selesai – diabaikan.
Para Asisten / Juri
Demi pengaturan yang efisien dari event ini minimal diperlukan 2 orang Asisten per team. Mereka ini bertanggung jawab untuk menunjuk/menentukan garis start, juga hal-hal yang bertalian dengan pengumpulan dan menghitung bola-bola. Mereka juga mencatat nilai di atas kartu/formulir perlombaan.
Sebagai tambahan, diperlukan juga seorang starter yang bertanggung jawab untuk pencatatan waktu dan pemberian signal-signal lainnya (signal satu menit terakhir dan signal akhir).
Diperlukan peralatan sebagai berikut :
1.  2 marka atau tiang sudut
2.  20 buah bola-bola kecil (kartu berwarna, chips, kartu-bermain atau yang mirip)
3.  1 buah stopwatch
4.  1 buah/helai kartu /formulir lomba
Lihat contoh gambar dan Formasi: 3
g.   Lari Tangga (Ladder Running)
-   Deskripsi singkat: lari naik dan turun pada suatu tangga
-   Nama disiplin: “Kaki panas”
Prosedur
Dua buah kerucut sebagai tanda pada titik start dan titik finish dari event ini ditempatka pada jarak 9.5 m terpisah. Sebuah tangga koordinasi di tempat di lantai dengan jarak yang sama antara kerucut-kerucut (2.5 m antara tangga dengan kerucut pada masing-masing ujung). Pada saat start siswa berdiri dengan posisi kangkang (start berdiri) dengan ujung jari kakinya ditempatkan pada garis start yaitu sama dengan kerucut pertama. Setelah aba-aba start siswa berlari menuju tangga, secepat mungkin melangkah/berlari melalui tangga (jarak antara baji-baji: 50 cm) dan menuju ke kerucut ke dua. Setelah menyentuh kerucut dengan tangannya, siswa ini dengan cepat membalik dan lari kembali melalui tangga menuju kerucut pertama. Bila menyentuh kerucut ini maka pencatat waktu memberhentikan jam/stopwatch-nya.
Bila seorang siswa meninggalkan suatu daerah dari tangga atau melompati di atasnya, maka jarak itu diperpanjang dengan 1 m oleh Asisten pada kerucut berikutnya yang layak (satu orang Asisten ditempatkan pada tiap kerucut) dengan jalan ini si siswa dikenakan hukuman dengan harus berlari suatu jarak yang lebih panjang apabila tugasnya tidak dijalankan dengan sempurna. Bila dibuat dua kesalahan, jarak itu diperpanjang dengan 2 m begitu seterusnya.
Diperlukan peralatan sebagai berikut :
1.  1 buah tangga untuk koordinasi (“speed ladder”)
2.  10 buah karet busa atau baji-baji papan pasta (lebar 50 cm max. 10 cm tinggi/dalam)
3.  2 buah kerucut sebagai tanda
4.  1 buah stopwatch
5.  1 helai kartu event
Lihat contoh gambar dan Formasi: 4
3.Nomor lempar dan strategi pendekatan model pembelajaran
Sebelum mengajarkan tekhnik nomor lempar yangsesungguhnya contohnya pemberian materi lempar lembing, akan lebih baik jika seorang guru bisa dengan kreatif memberikan tahapan-tahapan tekhnik dimulai dari yang sederhana terus mengarah ke arah tekhnik yang sebenarnya. Adapun bentuk-bentuk latihan dibawah ini bisa dicoba untuk membantu guru-guru mengajarkan materi atletik nomor laempar lembing da sekolah.
a.Melempar sasaran
1).  Deskripsi : Melempar sasaran dengan satu tangan
2).  Nama disiplin : Melempar Bom
Prosedur
Lempar sasaran ini dilakukan dari suatu tempat dengan awalan 5m. Sebuah rintangan tinggi dipasang pada ketinggian 2,5 – 4m, dengan daerah sasaran ditentukan di lantai 2,5 – 4m dibalik rintangan.
Benda yang ditandai dilemparkan ke sasaran dengan melewati rintangan seperti peserta melempar dari suatu jarak yang dipilih dari rintangan. Masing-masing peserta/siswa memperoleh tiga kali kesempatan mencoba (giliran lomba). Pada tiap kesempatan, seorang peserta/siswa dapat memilih melempar dari salah satu dari empat garis jarak yang tersedia: 6m, 7m, 8m, atau 10m jauhnya dari rintangan yang tinggi. Lebih banyak nilai-nilai pitensial yang dipertaruhkan sejak jarak dari rintangan itu meningkat.
Penilaian
Mengenai daerah sasaran atau sekurangnya pinggiran dari sasaran itu, ini dinilai sebagai suatu percobaan yang berhasil. Nilai-nilai dicatat bagi setiap perkenaan (lemparan dari 6m = 2 poin, 7m = 3 poin, 8m = 4 poin, 10m =5 poin). Bila benda/alat itu dilemparkan kepada rintangan tetapi tidak mengenai bidang sasaran, ini dinilai 1 poin. Tiap peserta/siswa memiliki 3 kali kesempatan melempar, kemudian jumlah score-nya menyumbang total nilai team.
Asisten
Diperlukan 1 orang asisten tiap team untuk mengorganisir kegiatan ini dan punya tugas sebagai berikut:
1).Mengontrol dan mengatur prosedur event atau kegiatan (jarak lempar dan perkenaan)
2)Untuk mencatat dan menilai score diatas kartu event atau kegiatan.
Peralatan
1). 1 buah daerah sasaran (matras lompat tinggi atau alat-alat sejenis dan ukurannya)
2). 1 buah rimtangan tinggi kira-kira 2,5 – 4m (gawang sepak bola atau tiang lompat tinggi/galah dengan mistar, dll)
3). Peralatan lempar (bola berekor, lembing lunak, bola vortex, dll)
4). 1 buah kartu event/kegiatan per-team.
Lihat contoh gambar dan formasinya: 5
b.  Lempar lembing mini
1)   Deskripsi : Lemparan satu lengan untuk mencapai jarak dengan suatu lembing mini/modifikasi
2)   Nama disiplin : Lempar Turbo
Prosedur
Lempar lembing mini ini dilakukan dari suatu daerah 5m dari awalan. Setelah melakukan lari awalan singkat, si peserta/siswa melempar lembing ke daerah lemparan dengan menggunakan lembing lunak atau lembing turbo atau lembing mini hasil modifikasi yang disesuaikan. Masing-masing peserta/siswa mendapat 2 kali giliran kesempatan lempar.
Penilaian
Setiap lemparan diukur dengan sudut siku-siku terhadap garis salah dan dicatat dalam interval 25cm (mengambil angka yang lebih tinggi dimana tempat pendaratan lembing di antara garis-garis). Lemparan yang lebih baik dari dua kali kesempatan percobaan dari tiap anggota team akan menyumbangkan score team.
Asisten
Event/kegiatan ini memerlukan 2 orang asisten per-team dan bertugas sebagai berikut:
1)  Mengontrol dan mengatur prosedur
2)  Untuk menilai jarak lemparan dimana lembing mendarat
3)  Untuk membawa lembing ke garis salah
4)  Untuk menilai dan mencatat score pada kartu event/kegiatan
Peralatan
Untuk event/kegiatan ini diperlukan alat sebagai berikut:
1)   2 buah lembing mini (lembing mini dan lembing turbo)
2)   Pita alat pengukur yang telag dikalibrasikan, pita ukur baja
3)   1 lembar kartu event/kegiatan per-team
Catatan: Sejak keamanan atau faktor keamanan adalah kritis dan harus diperhatikan dalam event/kegiatan ini maka hanya asisten yang diizinkan ada di daerah pendaratan lempar lembing. Adalah dilarang keras melempar lembing kembali dalam arah dari garis salah.
D.   Aspek Pedagogis Dan Internalisasi Dari Hasil Pembelajaran
Hasil adalah hal yang ingin dicapai dalam tujuan, begitu juga dalam hal pembelajaran disekolah. Namun demikian hasil yang didapat terkadang jauh dari harapan. Untuk itu perlu disusun sebuah program pembelajaran yang terencana secara sistematik, efektif dan efesien. Jika semuanya telah kita persiapkan dengan matang, maka hasil yang maksimal akan kita dapatkan.
Dalam prakteknya si sekolah seorang guru pendidikan jasmani harus mempunyai kompetensi yang baik dan menguasai banyak cabang olahraga.
Kemudian disamping itu pula seorang guru pendidikan jasmani harus mempunyai profil diantaranya:
1.  Memiliki 4 kompetensi dasar sebagai pendidik
2.  Dekat dengan anak/siswa sehingga selalu mengenal kondisi anak
3.  Mempunyai pola hidup aktif
4.  Mampu mendorong atau memotivasi anak untuk aktif bergerak.
Proses pembelajaran di sekolah terutama pembelajaran pendidikan jasmani diharapkan dapat pula menjadi ajang pengembangan kreativitas anak/siswa di dalam kehidupan sehari-hari, karena bukan hasil dari perkembangan motorik atau gerak saja.
Dampak dari pembelajaran terutama pembelajaran pendidikan jasmani melalui aktifitas gerak dan permainan akan mengarah pada tujuan pembelajaran pada umumnya. Seperti halnya dalam pembelajaran atletik materi jalan, lari dan lempar ini akan tercapai:
1.Dampak langsung atau tujuan utama (main effect) adalah dampak hasil dari pembelajaran yang terlihat dari siswa/murid melalui proses pembimbingan langsung oleh guru yang berupa skil/kemampuan perkembangan gerak/motorik, yang termasuk pula pada aspek psikomotor.
2.Dampak pengiring atau tujuan penyerta dampak hasil dari pembelajaran pendidikan jasmani melalui aktifitas gerak dan permainan tanpa bimbingan langsung dari guru yang termasuk juga ke dalam aspek kognitif dan afektif, ini terlihat dari siswa diantaranya berupa:
3.Sikap disiplin
4.Tanggung jawab
5.Kerjasama antara teman
6.Menghargai sesama terutama akan kemampuan teman atau sikap apresiasi yang tinggi
7.Kemampuan menganalisa sesuatu
8.Rasa sosialisasi yang tinggi
9.Kemampuan berfikir yang meningkat
10.Mampu mengembangkan kemampuan dalam mengabil keputusan, dll.
BAB III
PENUTUP
Pendidikan jasmani sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional, memiliki peranan penting dengan ciri khusus dalam upaya peningkatan kebugaran dan keterampilan fisik peserta didik.Pembelajaran pendidikan jasmani melalui aspek-aspek yang ada di dalamnya hanyalah merupakan upaya penyemaian untuk menjadikan aktifitas jasmani sebagai pola hidup sehat dimana di dalamnya terkandung unsur kebugaran jasmani.
Pemilihan aspek-aspek pendidikan jasmani dan materi pokok pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang diharapkan tentunya harus mempertimbangkan kondisi siswa, lingkungan sebagai daya dukung dan penghambat, serta prasyarat pembelajaran lain sehingga proses pembelajaran berlangsung aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Atletik sebagai materi pokok dengan berbagai nomornya dipandang memiliki keunggulan sebagai aktifitas yang menyenangkan karena dipergunakannya sebagai sarana dari lingkungan sebagai alat bantu pembelajaran. Mengingat potensi ini, tentunya sangat sayang jika tidak dikembangkan.
Pengembangan atletik sebagai materi pokok hendaknya mulai dari peningkatan kemampuan guru sebagai sumber informasi, fasilitator, dan katalisator pembelajaran dalam rangka pencapaian kompetensi-kompetensi yang harus dicapai oleh peserta pembelajaran. Peningkatan kemampuan guru dimulai dari memperkaya pengetahuan tentang berbagai nomor atletik yang mencakup pengetahuan umum dan tekhnik gerak, persiapan pembelajaran, pengelolaan pembelajaran, hingga penilaian.
Kita sadar bahwa model, metode pembelajaran atau ilmu kepelatihan selalu berubah seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, oleh karena itu hendaknya kita selalu terbuka untuk menerima dan mempelajari untuk kemudian diterapkan disekolah sepanjang itu demi kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.

WISATA

WISATA
فعل الماضى (kata kerja lampau)
Pergi
Pulang
Ingin
Suka
هو
ذَهَبَ
رَجَعَ
أَرَادَ
حَبَّ
هما
ذَهَبَا
رَجَعَا
أَرَادَا
حَبَّا
هم
ذَهَبُوْا
رَجَعُوا
أَرَادُوا
حَبُّو
هي
ذَهَبَتْ
رَجَعَتْ
أَرَادَتْ
حَبَّتْ
هما
ذَهَبَتَا
رَجَعَتَا
أَرَادَتَا
حَبَّتَا
هن
ذَهَبْنَ
رَجَعْنَ
أَرَدْنَ
حِبْنَ
أنتَ
ذَهَبْتَ
رَجَعْتَ
أَرَدْتَ
حِبْتَ
أنتما
ذَهَبْتُمَا
رَجَعْتُمَا
أَرَدْتَمَا
حِبْتُمَا
أنتم
ذَهَبتُمْ
رَجَعْتُمْ
أَرَدْتُمْ
حِبْتُمْ
أنتِ
ذَهَبْتِ
رَجَعْتِ
أَرَدْتِ
حِبْتِ
أنتما
ذَهَبْتُمَا
رَجَعْتُمَا
أَرَدْتُمَا
حِبْتُمَا
أنتن
ذَهَبْتُنَّ
رَجَعْتُنَّ
أَرَدْتُنَّ
حِبْتُنَّ
أنا
ذَهَبْتُ
رَجَعْتُ
أَرَدْتُ
حِبْتُ
نحن
ذَهَبْنَا
رَجَعْنَ
أَرَدْنَا
حِبْنَا
فعل المضارع (kata kerja sekarang)
هو
يَذْهَبُ
يَرْجِعُ
يُرِيْدُ
يُحِبُّ
هما
يَذْهَباَنِ
يَرْجِعَانِ
يُرِيْدَانِ
يُحِبَّانِ
هم
يَذْهَبُوْنَ
يَرْجِعُوْنَ
يُرِيْدُوْنَ
يُحِبُّوْنَ
هي
تَذْهَبُ
تَرْجِعُ
تُرِيْدُ
تُحِبُّ
هما
تَذْهَباَنِ
تَرْجِعَانِ
تُرِيْدَانِ
تُحِبَّانِ
هن
يَذْهَبْنَ
يَرْجِعْنَ
يُرِدْنَ
يُحِبْنَ
أنتَ
تَذْهَبُ
تَرْجِعُ
تُرِيْدُ
تُحِبُّ
أنتما
تَذْهَباَنِ
تَرْجِعَانِ
تُرِيْدَانِ
تُحِبَّانِ
أنتم
تَذْهَبُوْنَ
تَرْجِعُوْنَ
تُرِيْدُوْنَ
تُحِبُّوْنَ
أنتِ
تَذْهَبِيْنَ
تَرْجِعِيْنَ
تُرِيْدِيْنَ
تُحِبّيْنَ
أنتما
تَذْهَباَنِ
تَرْجِعَانِ
تُرِيْدَانِ
تُحِبَّانِ
أنتن
تَذْهَبْنَ
تَرْجِعْنَ
تُرِدْنَ
تُحِبْنَ
أنا
أَذْهَبُ
أَرْجِعُ
أُرِيْدُ
أُحِبُّ
نحن
نَذْهَبُ
نَرْجِعُ
نُرِيْدُ
نُحِبُّ
فعل اْلأَمْرِ (kata kerja sekarang)
أنتَ
إِذْهَبْ
إِرْجِعْ
حُبْ
أنتما
إِذْهَبَا
إِرْجِعَا
حُبَّا
أنتم
إِذْهَبُوْا
إِرْجِعَا
حُبُّوا
أنتِ
إِذْهَبِيْ
إِرْجِعِيْ
حُبِّيْ
أنتما
إِذْهَبَا
إِرْجِعَا
حُبَّا
أنتن
إِذْهَبْنَ
إِرْجِعْنَ
حُبْنَ
Kosa Kata Harian
فُوْهَةُ الْبُرْكَانُ
Kawah
دَرَّاجَةٌ
Sepeda
مُتْحَفٌ
Museum
دَرَّاجَةٌ بُخَارِيَّةٌ
Sepeda Motor
قِمَّةُ الْجَبَلِ
Puncak Gunung
اَلْحَدِيْقَةُ الْمُصُغَّرَةُ لِلإِنْدُوْنِيْسِيَا اَلْجَمِيْلَةُ
TMII
جَبَلٌ
Gunung
حَدِيْقَةُ الْحَيَوَانَاتِ
Kebun Binatang
هَيْكَلٌ
Telingan
بُخَيْرَةٌ
Kaki
عَرَبَةٌ
Rambut
سَيَّارَةٌ
Air
Contoh :
1
أَنَا أَذْهَبُ إِلَى شَاطِئِ الْبَحْرِ
Saya pergi ke pantai.
2
أَنَا سَأَذْهَبُ إِلَى الْبُحَيْرَةِ غَدًا
Saya akan pergi ke danau besok.
3
أَنَا سَأَرْجِعُ مِنْ حَدِيْقَةِ الْحَيَوَانَاتِ اَلْيَوْمَ
4
أَنَا أُحِبُّ الرِّحْلَةَ إِلَى الْهَيْكَلِ
Saya suka wisata ke Candi.
5
أَنَا أُرِيْدُ أَنْ أَذْهَبَ إِلَى الْغَارِ
Saya ingin pergi ke goa.
6
رَجَعَ حَامِدٌ مِنَ الْحَدِيْقَةِ الْمُصَغَّرَةِ ِلْلإِنْدُوْنِيْسِيَا اَلْجَمِيْلَةِ أَمْسِ
Hamid telah kembali dari TMII kemarin.
7
رَجَعْتُ مِنَ الْمُتْحَفِ أَمْسِ
Saya telah kembali dari museum kemarin

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More